NASKAH DRAMATISASI PUISI
TEMA RELIGI
" KEMBALINYA JIWAKU "
SUARASASTRA.COM - NASKAH DRAMATISASI PUISI - Pada postingan kali ini penulis akan mempersembahkan sebuah karya sastra yang berjudul “Kembalinya Jiwaku” karya Nesya Ishfahani.
Naskah Dramatisasi puisi “Kembalinya Jiwaku” merupakan dramatisasi puisi yang mengisahkan kehidupan lelaki pemabuk, menelantarkan keluarga demi kesenangannya sendiri, perbuatannya merugikan banyak orang disekitarnya. Singkat cerita dia bertaubat atas hidayah yang diberikan Allah SWT kepadanya.
NASKAH DRAMATISASI PUISI - “Kembalinya Jiwaku” |
Baiklah teman - teman, berikut naskah dramatisasi Puisi yang berjudul “Kembalinya Jiwaku”
KEMBALINYA JIWAKU
Aku
terdiam sejenak
Ketika
cakrawala berselimut mega merah
Ketika
senja melahap gemerlap dunia
Seolah
waktu ikut terhenti menemani manusia yang kian linglung ini
Tak bisa aku mengelak atas kemunafikan ini
Aneka warna dunia membawaku pergi pada sisi tergelapnya
Disanalah lembah fitnah bukit dosa dan sarang ilusi dunia
Ya Rabbii selamatkan aku dari diri ini sebelum dunia menghakimi
Cahayamu
menghentikan langkah gontaiku
Kasihmu
meleburkan hati yang gundah karena gaduh
Asyhadu
an laa ilaaha illaah
Wa
asyhadu anna Muhammadar rasulullah
Aku telah mengubah haluanku pada jalanmu
Aku manusia yang telah terlalu jauh melangkah
Manusia yang lupa bahwa masa bukan milik kita
Aku yang berada pada titik terkecil sebagai hambamu memohon
ampunanmu
Masa
berlalu gulita semakin menelan cahaya
Ini
adalah hati yang rapuh terkoyak ditebas pahitnya dunia
Kubenamkan
seluruh jiwa dan ragaku dalam ruku’ dan sujudku
Menundukan
pandangan menengadahkan telapak tangan
Mengalirnya
air bening dari pelupuk mata tanda ketulusan
Mengemis
ampunanmu, kasih sayangmu yang tiada akhir tiada ujung
Ya
Rabbi izinkan aku kembali.
SKRIP KEMBALINYA JIWAKU
KRU
Produser |
: |
Hj Teti
Gumiati/ Yuyus Supriatna |
Sutradara |
: |
Ade Abdul
Aziz |
Astrada |
: |
Nesya
ishfahani |
Lighting |
: |
Agus Setiawan |
Penulis
Skenario |
: |
Pitri Anisa |
Penata Musik |
: |
Putri Anisa
N.S |
Artistik |
: |
Dana Sabilul
Huda Icha Nurmala
Yuniantika |
Narator |
: |
Awit
Setyawati |
PARA PEMERAN
Pemabuk |
: |
Ade Abdul
Aziz |
Bandar |
: |
Agus Setiawan |
Ustadz |
: |
Dana Sabilul
Huda |
Istri Pemabuk |
: |
Icha Nurmala
Yuniantika |
Anak Sekolah |
: |
Nesya
Ishfahani Putri Anisa
N.S |
Pedagang |
: |
Pitri Anisa |
Narator : Abhipraya mempersembahkan dramatiasai Puisi yang berjudul “Kembalinya Jiwaku” selamat menyaksikan.
SKENARIO
Musik Pembuka
Adegan 1
Musik |
: |
Musik keras |
Lampu |
: |
Terang,
menandakan siang hari |
Adegan 2
Musik |
: |
Sedikit keras |
Lampu |
: |
Terang dan gemerlap
lampu disko |
Datanglah seorang bandar menghampiri lelaki itu,
kemudian menawarkan beberapa minuman kepadanya yang disambut senyuman puasnya.
Bandar tersebut terlihat pergi kesuatu tempat dan tak lama
kemudian dia kembali sambil membawa beberapa kemudian beberapa botol minuman
terlarang itu diserahkan pada si pria.
Adegan 3
Musik |
: |
Tenang dan
sedikit keras |
Lampu |
: |
Terang (menandakan
suasana rumah) |
Seorang wanita yang merupakan istri dari pria pembuk itu tengah
mengalami gelisah di sebuah rumah yang tak layak huni, hanya berbilik dengan
kayu yang sudah terlihat rapuh. Sang istri tersebut sedang menahan rasa lapar,
dia belum mendapat sesuap nasi sejak kemarin, suaminya tidak memberikan nafkah,
dia hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Dia menghabiskan uangnya hanya untuk
membeli minuman terlaranng.
Hingga datanglah sipemabuk dengan langkah gontai efek dari minuman yang terus menerus ia konsumsi. Dengan memberanikan diri sang istri tersebut meminta uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun yang diterimanya hanyalah sebuah amarah.
Adegan 4
Musik |
: |
Sedikit keras |
Lampu |
: |
Terang |
Si pemuda tersebut meninggalkan rumah dengan keadaan marah, emosinya ia luapkan pada orang-orang disekitarnya, mulai dari mengganggu pedagang di pasar, melakukan pemerasan pada anak sekolah serta merusak benda-benda yang ada disekitarnya.
Pria itu
menghampiri kedua anak SMA yang hendak
pulang dari sekolahnya, kedua anak itu terlihat ketakutan ketika langkah pria
itu semakin mendekat.
“Berikan uangmu
padaku, cepat!” Ucap pria itu memalak kedua anak sekolah. Satu anak perempuan
yang sedang memegang buku pelajaran didepan dadanya terlihat gemetar, dan satu
anak perempuan yang ada disampingnya terlihat memberanikan diri walau
sebenarnya dalam hatinya dia juga sama gemetarnya.
“Berani sekali
meminta uang pada anak sekolah, kerja dong bang!” Ucapnya dengan lantang.
Si pria terlihat marah, kakinya kembali melangkah lebih dekat pada kedua anak sekolah itu. “Cepat berikan!” Desaknya sekali lagi pada si anak sekolah yang melawannya, ketika pandangan pria tersebut fokus pada anak sekolah yang melawan, teman yang ada disampingnya dengan cepat memukul kepala pria itu dengan buku pelajaran yang sedikit tebal dan membuat pria itu meringis kesakitan lalu kedua anak sekolah tersebut berhasil melarikan diri.
Adegan 5
Musik |
: |
Sholawat |
Lampu |
: |
Terang |
Pria itu tersebut tengah berjalan dengan langkah penuh emosi,
namun ditengah perjalanan tiba-tiba dia mendengar seorang ustadz yang tengah
membacakan ayat suci Al-Qur’an. Suasananya mendadak mencekam kala si pemabuk
bereaksi aneh terhadap ayat suci yang tengah dilantunkan, pria tersebut
berteriak histeris sambil memengang kepala lalu bergantian menutup telinganya.
“Hentikan! Hentikan!!!” Pria tersebut berteriak.
(Diiringi sholawat “laa ilaaha illallah” secara langsung dan pembacaan puisi)
Pembaca Puisi 1
Yaa
Rabbi tak bisa aku mengelak atas kemunafikan ini
Aneka
warna dunia membawaku pergi pada sisi tergelapnya
Disanalah
lembah fitnah bukit dosa dan sarang ilusi dunia
Ya
Rabbii selamatkan aku dari diri ini sebelum dunia menghakimi
Cahayamu
menghentikan langkah gontaiku
Kasihmu
meleburkan hati yang gundah karena gaduh
Asyhadu
an laa ilaaha illaah
Wa
asyhadu anna Muhammadar rasulullah
Pembaca Puisi 2
Aku
telah mengubah haluanku pada jalanmu
Aku
manusia yang telah terlalu jauh melangkah
Manusia
yang lupa bahwa masa bukan milik kita
Aku
yang berada pada titik terkecil sebagai hambamu memohon ampunanmu
Masa
berlalu gulita semakin menelan cahaya
Ini
adalah hati yang rapuh terkoyak ditebas pahitnya dunia
Kubenamkan
seluruh jiwa dan ragaku dalam ruku’ dan sujudku
Menundukan
pandangan menengadahkan telapak tangan
Mengalirnya
air bening dari pelupuk mata tanda ketulusan
Mengemis
ampunanmu, kasih sayangmu yang tiada akhir tiada ujung
Pemabuk : “Ya Rabbi terima jiwaku aku kembali.” Ucapnya sambil
memohon.
Demikian naskah dramatisasi puisi yang berjudul " Kembalinya Jiwaku " semoga bermanfaat untuk teman - teman yang sedang mencari naskah drama sebagai bahan untuk pementasan atau sebagai referenasi tugas sekolah.